Powered by Blogger.

22 October 2011

020442336.jpg020442336.jpgindahnya menjadi mahasiswa

Alhamdulillah, lagi-lagi LDK Al-uswah dapat melaksanakan PENAKU-7 (pembinaan awal kuliah yang ke-7) khusus untuk maru dengan tema “indahnya menjadi mahasiswa”.  Tepatnya dibuka pada tanggal 08 okt dan ditutup tgl 09 okt di hutan kota. Kegiatan yang di hadiri oleh Rektor IAIN STS Jmbi yang sekaligus membuka penaku-7, juga dihadiri oleh LDK se-Jambi, MENWA, UKM & UKK serta mahad ali. Panitia yang diketuai oleh M. Taqdir Wibowo, sukses mengadakan acara dengan izin Allah SWT, dengan jumlah peserta sebanyak 250 orang. 
Pada kesempatan yang jarang sekali dihadiri dan sekarang (sabtu, 08 okt 2011) dihadiri oleh rektor IAIN STS Jambi yang baru Dr. H. Hadri Hasan MA, dalam pembukaannya mengatakan” segi kepositifan dari LDK adalah tampaknya dari visi & misi serta pegangan yang selalu menjadi landasan lembaga yang terkenal dengan uswah-nya  ini”. Pegangannya yaitu al-qur’an dan sunnah Nabi SAW,yang pada kegiatannya selalu ada kegiatan pembinaan yang mendalam tentang panji-panji islam setiap minggunya.
Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA juga menyatakan “saya tidak mau terperosok atau salah menyampaikan isu-isu kepada sebuah kegiatan organisasi selama mempunyai pedoman.”  Beliau juga menambahkan ”selama kita berpedoman pada prinsip islam (al-qur’an & sunnah), maka boleh berbeda pendapat, boleh berbeda pemahaman, selama tidak keluar dari hal-hal yang prinsip. Saya tidak mempersoalkan perbedaan-perbedaan tersebut, tetapi yang penting kita sadari bahwa kehidupan kita ini final, belum sampai kepada terminal, bahkan kita belum sampai pada kesempurnaan yang diajarkan oleh islam.”
Lebih jelasnya lagi bapak Rektor menyarankan kepada mahasiswa/I baru “ manfaatkanlah penaku yang ke-7 sebagai langkah awal yang baik dalam menapaki bangku perkuliah yang baik, karena apabila kita melangkah dari awal yang baik maka insya Allah akhirnya pun akan baik.”
Sumber /; humas LDK Al-uswaH
IAIN STS Jambi
Cp;085266961420
087896527228
email: ldkaluswah@gmail.com

12 October 2011


23 March 2011

MUKER LDK AL-USWAH IAIN STS JAMBI


Asalammu’alaikum wr wb
Ikhwafillah yang di rahmati oleh Allah SWT. Setelah di adakannya MUKER LDK IAIN STS Jambi,pada tanggal 19-20 maret 2011 di AULA PW Jambi.  maka akan ada banyak rintangan yang akan di hadapi.. dalam menjalankan tugas sama halnya dengan kitta menjalankan kehidupan karena tak ada tugas jika kita tidak hidup. Maka perlu kita simak hal yang berkaitan dengan adanya masalah yang akan ataupun yang sedang kita hadapi dan cara untuk menyelesaikannya. Mudah-mudhan bermanfaat.
Mengarungi kehidupan pasti seseorang akan mengalami pasang surut. Kadang seseorang mendapatkan nikmat dan kadang pula mendapatkan musibah atau cobaan. Semuanya datang silih berganti. Kewajiban kita adalah bersabar ketika mendapati musibah dan bersyukur ketika mendapatkan nikmat Allah. Berikut adalah beberapa kiat yang bisa memudahkan seseorang dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan.
Setiap menghadapi cobaan hendaklah seseorang tahu bahwa setiap yang Allah takdirkan sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi pastilah terjadi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”
Beriman kepada takdir, inilah landasan kebaikan dan akan membuat seseorang semakin ridho dengan setiap cobaan. Ibnul Qayyim mengatakan, “Landasan setiap kebaikan adalah jika engkau tahu bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti terjadi dan setiap yang tidak Allah kehendaki tidak akan terjadi.”
Hendaklah setiap mukmin mengimani bahwa setiap yang Allah kehendaki pasti ada hikmah di balik itu semua, baik hikmah tersebut kita ketahui atau tidak kita ketahui. Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ (115) فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ (116)
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya; tidak ada Tuhan selain Dia, Tuhan (Yang mempunyai) 'Arsy yang mulia.” (QS. Al Mu’minun: 115-116)

Allah Ta’ala juga berfirman,
 Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan dengan haq.” (QS. Ad Dukhan: 38-39)
Ingatlah bahwa Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mendapatkan cobaan sampai dicaci, dicemooh dan disiksa oleh orang-orang musyrik dengan berbagai cara. Kalau kita mengingat musibah yang menimpa beliau, maka tentu kita akan merasa ringan menghadapi musibah kita sendiri karena musibah kita dibanding beliau tidaklah seberapa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
لِيَعْزِ المسْلِمِيْنَ فِي مَصَائِبِهِمْ المصِيْبَةُ بي
Musibah yang menimpaku sungguh akan menghibur kaum muslimin.
Dalam lafazh yang lain disebutkan,
مَنْ عَظَمَتْ مُصِيْبَتُهُ فَلْيَذْكُرْ مُصِيْبَتِي، فَإِنَّهَا سَتَهَوَّنُ عَلَيْهِ مُصِيْبَتُهُ
Siapa saja yang terasa berat ketika menghapi musibah, maka ingatlah musibah yang menimpaku. Ia tentu akan merasa ringan menghadapi musibah tersebut.

Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.

Dalam surat Alam Nasyroh, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 6). Qotadah mengatakan, “Diceritakan pada kami bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi kabar gembira pada para sahabatnya dengan ayat di atas, lalu beliau mengatakan,
لَنْ يَغْلِبَ عُسْرٌ يُسْرَيْنِ
Satu kesulitan tidak mungkin mengalahkan dua kemudahan.
'Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
الصَّبْرُ مِنَ الإِيْمَانِ بِمَنْزِلَةِ الرَّأْسِ مِنَ الجَسَدِ، وَلَا إِيْمَانَ لِمَنْ لاَ صَبْرَ لَهُ.
Sabar dan iman adalah bagaikan kepala pada jasad manusia. Oleh karenanya, tidak beriman (dengan iman yang sempurna), jika seseorang tidak memiliki kesabaran.
Yang dimaksud dengan bersabar adalah menahan hati dan lisan dari berkeluh kesah serta menahan anggota badan dari perilaku emosional seperti menampar pipi dan merobek baju.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الأُولَى
Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.” Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.
Ingatlah janji Allah,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10). Al Auza’i mengatakan, “Pahala bagi orang yang bersabar tidak bisa ditakar dan ditimbang. Mereka benar-benar akan mendapatkan ketinggian derajat.” As Sudi mengatakan, “Balasan orang yang bersabar adalah surga.”
 Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
 Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do'a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.”
Do'a yang disebutkan dalam hadits ini semestinya diucapkan oleh seorang muslim ketika ia ditimpa musibah dan sudah seharusnya ia pahami. Insya Allah, dengan ini ia akan mendapatkan ganti yang lebih baik.

Musibah dan cobaan boleh jadi disebabkan dosa-dosa yang pernah kita perbuat baik itu kesyirikan, bid’ah, dosa besar dan maksiat lainnya. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30). Maksudnya adalah karena sebab dosa-dosa yang dulu pernah diperbuat. Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Akan disegerakan siksaan bagi orang-orang beriman di dunia disebabkan dosa-dosa yang mereka perbuat, dan dengan itu mereka tidak disiksa (atau diperingan siksanya) di akhirat.”
Semoga kiat-kiat ini semakin meneguhkan kita dalam menghadapi setiap cobaan dan ujian dari Allah.



21 March 2011

LDK AL-USWAH IAIN STS JAMBI: Apa Salahnya Menangis?

LDK AL-USWAH IAIN STS JAMBI: Apa Salahnya Menangis?

LDK AL-USWAH IAIN STS JAMBI: Apa Salahnya Menangis?

LDK AL-USWAH IAIN STS JAMBI: Apa Salahnya Menangis?

27 January 2011

CERMIN


Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang hina
menatapku penuh cela
senyum tipis di bibirnya hampir sirna
berhias seribu cerca

Terbersit sebuah rasa di hati
tentang kekufuran diri
tentang syukurku yang telah pergi

Di depan cermin kuberkaca
kulihat sesosok tubuh berdiri tanpa suara
matanya memandang penuh puja

BIJAK DALAM MEMBERIKAN NASIHAT

Dalam tinjauan fikih, nasihat termasuk ke dalam fardhu kifayah. Artinya, ketika ada segolongan orang telah memberikan nasihat, maka gugurlah kewajiban yang lainnya. Meskipun demikian, fardhu kifayah ini masih bersifat umum dan bisa mengerucut menjadi fardhu ain. Misalnya ketika seseorang dimintai nasihat dan ia sendiri mampu memberikannya, maka ia wajib memberikannya. Demikian pula ketika seseorang mengetahui masalah orang lain dan ia mampu memberikannya solusi.

Tentu saja, tujuan baik kita dalam memberikan nasihat harus dikemas sedemikian rupa sehingga tujuan dari nasihat itu bisa tercapai. Karenanya, kita dituntut untuk memahami metode yang tepat dalam menyampaikannya. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.

Pertama, fokus dan tidak bertele-tele.

Kedua, pilihlah sarana yang tepat. Kita bisa langsung berhadapan dengan objek ataupun bisa

LUBANG HITAM DI BALIK KEMEGAHAN ISTANA RAJA JAMBI (Menyoal Jambi Emas 2015)

Oleh: Edi Kurniawan 

Memasuki kawasan Terlanaipura kota Jambi, tepatnya kawasan istana (baca: perkantoran) Pemerintah Provinsi Jambi, mulai dari simpang empat Bank Indonesia sampai ke area rumah Sakit Umum Provinsi Jambi. Di sana berderet istana-istana megah nan menyihir mata milik pemerintah Provinsi Jambi. Mulai dari istana Satpol PP, Depag Provinsi, Dinas Pendidikan, DPRD Provinsi, istana Gubernur, Dinas Pertanian, sampai pada RRI Provinsi yang berjejer dan tertata rapi.

Malam minggu lalu saya dengan beberapa teman, dengan kendaraan butut berkeliling di sekitar komplek istana tersebut. Beragam pandangan yang dilihat, mulai dari aksi kebut-kebutan para remaja Jambi, Miras, perzinaan, mabuk-mabukan, dan

Bening Hati Berbalas Surga

Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di masjid dikelilingi para sahabat. Beliau tengah mengajarkan ayat-ayat Qur’an. Tiba-tiba Rasulullah berhenti sejenak dan berkata,”Akan hadir diantara kalian seorang calon penghuni surga”. Para sahabat pun bertanya-tanya dalam hati, siapakah orang istimewa yang dimaksud Rasulullah ini?. Dengan antusias mereka menunggu kedatangan orang tersebut. Semua mata memandang ke arah pintu.

Tak berapa lama kemudian, seorang laki-laki melenggang masuk masjid. Para sahabat heran, inikah orang yang dimaksud Rasulullah? Dia tak lebih dari seorang laki-laki dari kaum kebanyakan. Dia tidak termasuk di antara sahabat utama. Dia juga bukan dari golongan tokoh Quraisy. Bahkan, tak banyak yang mengenalnya. Pun, sejauh ini tak terdengar keistimewaan dia.

Ternyata, kejadian ini berulang sampai tiga kali pada hari-hari selanjutnya. Tiap kali Rasulullah berkata akan hadir di antara kalian seorang calon penghuni surga, laki-laki tersebutlah yang kemudian muncul.

Maka para sahabat pun menjadi yakin, bahwa memang i-laki itulah yang dimaksud Rasulullah. Mereka juga menjadi semakin penasaran, amalan istimewa apakah yang dimiliki laki-laki ini hingga Rasulullah menjulukinya sebagai calon penghuni surga?

Apa Salahnya Menangis?


Apa salahnya menangis, jika memang dengan menangis itu manusia menjadi sadar. Sadar akan kelemahan-kelemahan dirinya, saat tiada lagi yang sanggup menolongnya dari keterpurukan selain Allah Swt. Kesadaran yang membawa manfaat dunia dan akhirat. Bukankah kondisi hati manusia tiada pernah stabil? Selalu berbolak balik menuruti keadaan yang dihadapinya. Ketika seseorang menghadapi kebahagiaan maka hatinya akan gembira dan saat dilanda musibah tidak sedikit orang yang putus asa bahkan berpaling dari kebenaran.

Sebagian orang menganggap menangis itu adalah hal yang hina, ia merupakan tanda lemahnya seseorang. Bangsa Yahudi selalu mengecam cengeng ketika anaknya menangis dan dikatakan tidak akan mampu melawan musuh-musuhnya. Para orang tua di Jepang akan memarahi anaknya jika mereka menangis karena dianggap tidak tegar menghadapi hidup. Menangis adalah hal yang hanya dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai prinsip hidup.

Bagi seorang muslim yang mukmin, menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwanya terhadap berbagai peristiwa yang menimpa dirinya maupun umatnya. Rasulullah Saw meneteskan air matanya ketika ditinggal mati oleh anaknya, Ibrahim. Abu Bakar Ashshiddiq ra digelari oleh anaknya Aisyah ra sebagai Rojulun Bakiy (Orang yang selalu menangis).

Beliau senantiasa menangis, dadanya bergolak manakala sholat dibelakang Rasulullah Saw karena mendengar ayat-ayat Allah. Abdullah bin Umar suatu ketika melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada sesorang sedang membaca Al Qur’an, ketika sampai pada ayat: “Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” (QS. Al Muthaffifin: 6). Pada saat itu juga beliau diam berdiri tegak dan merasakan betapa dirinya seakan-akan sedang menghadap Robbnya, kemudian beliau menangis. Lihatlah betapa Rasulullah Saw dan para sahabatnya benar-benar memahami dan merasakan getaran-getaran keimanan dalam jiwa mereka. Lembutnya hati mengantarkan mereka kepada derajat hamba Allah yang peka.

Bukankah diantara tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari dimana tiada naungan kecuali naungan Allah adalah orang yang berdoa kepada Robbnya dalam kesendirian kemudian dia meneteskan air mata? Tentunya begitu sulit meneteskan air mata saat berdo'a sendirian jika hati seseorang tidak lembut. Yang biasa dilakukan manusia dalam kesendiriannya justru maksiat. Bahkan tidak sedikit manusia yang bermaksiat saat sendiri di dalam kamarnya seorang mukmin sejati akan menangis dalam kesendirian dikala berdo'a kepada Tuhannya. Sadar betapa berat tugas hidup yang harus diembannya di dunia ini.

Di zaman ketika manusia lalai dalam gemerlap dunia, seorang mukmin akan senantiasa menjaga diri dan hatinya. Menjaga kelembutan dan kepekaan jiwanya. Dia akan mudah meneteskan air mata demi melihat kehancuran umatnya. Kesedihannya begitu mendalam dan perhatiannya terhadap umat menjadikannya orang yang tanggap terhadap permasalahan umat. Kita tidak akan melihat seorang mukmin bersenang-senang dan bersuka ria ketika tetangganya mengalami kesedihan, ditimpa berbagai ujian, cobaan, dan fitnah. Mukmin yang sesungguhnya akan dengan sigap membantu meringankan segala beban saudaranya. Ketika seorang mukmin tidak mampu menolong dengan tenaga ataupun harta, dia akan berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam.

Menangis merupakan sebuah bentuk pengakuan terhadap kebenaran. “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata: “Ya Robb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad)”. (QS. Al Maidah: 83).

Ja’far bin Abdul Mutholib membacakan surat Maryam ayat ke-16 hingga 22 kepada seorang raja Nasrani yang bijak. Demi mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, bercucuranlah air mata raja Habsyah itu. Ia mengakui benarnya kisah Maryam dalam ayat tersebut, ia telah mengenal kebenaran itu dan hatinya yang lembut menyebabkan matanya sembab kemudian menangis. Raja yang rindu akan kebenaran benar-benar merasakannya.

Orang yang keras hatinya, akan sulit menangis saat dibacakan ayat-ayat Allah. Bahkan ketika datang teguran dari Allah sekalipun ia justru akan tertawa atau malah berpaling dari kebenaran. Sehebat apapun bentuk penghormatan seorang tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul kepada Rasulullah Saw, sedikit pun tidak berpengaruh pada hatinya. Ia tidak peduli ketika Allah Swt mengecam keadaan mereka di akhirat nanti, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan neraka yang paling bawah. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. An Nisa’: 145)

Barangkali di antara kita yang belum pernah menangis, maka menangislah disaat membaca Al Qur’an, menangislah ketika berdo'a di sepertiga malam terakhir, menangislah karena melihat kondisi umat yang terpuruk, atau tangisilah dirimu karena tidak bisa menangis ketika mendengar ayat-ayat Allah. Semoga hal demikian dapat melembutkan hati dan menjadi penyejuk serta penyubur iman dalam dada. Ingatlah hari ketika manusia banyak menangis dan sedikit tertawa karena dosa-dosa yang diperbuatnya selama di dunia. “Maka mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS At Taubah: 82).

Jadi apa salahnya menangis?

sumber : eramuslim

23 January 2011

AVERROISME (Cahaya Barat dan Timur)


Ibnu Rusyd

“Pemikiran Ibn Rusyd diambil Barat sehingga Barat menjadi maju, sedang pemikiran al-Ghazzali dibawa ke Timur dan karena itu Timur mundur.” Kesimpulan ini tersebar luas dikalangan mahasiswa dan dosen dari dulu hingga kini. Tidak jelas siapa yang mula-mula menyebarkannya, tapi orientalis pada umumnya berasumsi begitu.

Pemikiran Ibn Rusyd memang populer di Barat karena gagasan integrasi filsafat dan agamanya. Sejak diterjemahkan (1230), pemikirannya tersebar luas di Eropah dan ditrapkan di gereja-gereja, sehingga menjadi gerakan Averroism. Namun, Averroism ternyata adalah tidak murni mengikuti Ibn Rusyd, tapi telah bercampur dengan Aristotelianisme radikal dan heterodok. Ide utamanya adalah dua jalan menuju kebenaran: filsafat dan wahyu, dikenal dengan “teori kebenaran ganda” (double truth); keabadian alam; kesatuan akal semua manusia (monopsychism), dan kebangkitan orang mati.

Karena gagasannya yang menyangkut agama itu Paus Gregory IX membentuk komisi khusus untuk mengkajinya. Namun, tidak semua akur dengan pemikiran Ibn Rusyd. Tahun 1270 dan 1277 Bishop Etienne Tempier dari Gereja Katholik Roma memerinci hinggi 219 poin kesalahan Ibn Rusyd.

Diantaranya justru membela al-Ghazzali. Ramon Lull (1232-1316) yang menjuluki gerakan ini dengan Averroistae mengkritik pembela Averroism melalui wacana di kampus-kampus. Pengikutnya Siger Barabant (1270), Boetius Dacia dan Bernier of Nivelles dosen di University of Paris dituduh bid’ah. Dituduh telah terpengaruh Averroes buku Dante berjudul De Monarchia dibakar atas perintah Paus John XXII.



Namun, dari abad ke 13 hingga 16 Averroism terus berkembang menjadi tren pemikiran Barat yang dominan, khususnya di Perancis. Bahkan diabad ke 16 pendukungnya seperti Giordano Bruno, Pico della Mirandola dan Cesare Cremonini masih bertahan.

Selain dikritik, pemikiran Ibn Rusyd tentang kebenaran dianggap ancaman dan pemicu atheisme modern. Eatine Gelner, menuduh Ibn Rusyd sebagai penebar benih sekularisme di Barat. Benedict Spinoza (1632-1677) mengaku bahwa gagasan pentheismenya tercipta dari doktrin monopsychisme Ibn Rusyd, sedangkan kecenderungannya terhadap sekularisme dipengaruhi oleh doktrin “double truth”. Tak heran jika tokoh filosof mereka seperti Albert the Great (1200-1280) dan Thomas Aquinas (1225-1274) dengan keras ikut menghantamnya.

Benarkah Ibn Rusyd lebih rasional dan mendorong penggunaan akal. Ternyata tidak. Komentar Ibn Rusyd tentang logika Aristotle (terjemahan William of Luna) masih kalah rasional dibanding teori Ibn Sina. Faktanya. Roger Bacon, Thomas Aquinas, dan diikuti oleh Pseudo-Robert Kilwardby, Radulphus Brito, Hervaeus Natalis, Peter Aureoli, Duns Scotus and William of Ockham justru menjadi “santri” setia Ibn Sina dalam bidang mantiq, bukan Ibn Rusyd. Selain itu, karya Ibn Sina berjumlah 400an, sedang karya Ibn Rusyd hanya sekitar 70 an.

Bukan hanya dalam logika. Teori Ibn Sina tentang fakultas jiwa manusia lebih populer dibanding Ibn Rusyd. Buktinya teori jiwa Ibn Sina muncul dalam buku-buku standar filsafat di perguruan tinggi sejak tahun 1220 hingga waktu yang lama. Buku-buku seperti Philosophy of the Simple (Philosophia pauperum), Mirror of Nature (Speculum naturale) dan Philosophic Pearl (Margarita philosophica) yang terbit tahun 1490an menggunakan teori jiwa Ibn Sina. Sementara doktrin Ibn Rusyd tentang kesatuan jiwa (monopsychisme dan panpsychisme) malah dikritik banyak orang, diantaranya oleh Thomas Aquinas dalam bukunya De unitate intellectur contra Averroistas (Kesatuan Intelek, Kritik terhadap Ibn Rusyd).

Dalam masalah kausalitas Ibn Rusyd dinilai banyak peneliti salah faham terhadap al-Ghazzali. Ia menuduh al-Ghazzali mengingkari kausalitas dan karena itu mengingkari ilmu pengetahuan. Padahal, al-Ghazzali menerima prinsip kausalitas, tapi menolak kepastiannya. Sebab, katanya, jika kausalitas itu mutlak pasti, berarti Tuhan tidak memiliki kehendak dan kuasa terhadap alam ini. Dalam teori al-Ghazzali, Tuhan berkehendak tapi kausalitas tetap ada. Kehendak Tuhan pun bukan semena-mena dan tidak akan merusak konsep ilmu. Kita pun tahu saat inipun kausalitas alam semesta ini masih menyimpan faktor X, tidak tahu secara pasti sebab atau akibatnya, kecuali Tuhan. Kritika al-Ghazzali terhadap kausalitas bahkan diadopsi Malebranche dan David Hume. Tapi mereka menghilangkan faktor Tuhan sehingga menjadi sekuler.

Masalahnya, konsep Tuhan dalam ide kepastian kausalitas Ibn Rusyd dan para filosof peripatetik itu adalah masih Tuhan Aristotle (Unmoved Mover). Toerinya rasional tapi bukan Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tuhan yang bisa masuk ruang dan waktu, dan yang tahu hal-hal partikular seperti dalam al-Qur’an. Teori kepastian kausalitas itulah yang kini menjadi basis sains modern yang terpisah dari agama.

Jika kritik al-Ghazzali terhadap kepastian kausalitas disampaikan zaman sekarang, banyak Muslim yang akan akur. Sebab hubungan sains dan agama di Barat semakin jauh dan bahkan terputus alias Godless. Dan jika teori kausalitas Ibn Rusyd, termasuk teori Tuhannya disampaikan sekarang, tentu masih akan menuai badai kritik. Kini teori penciptaan lebih populer ketimbang emanasi dan ilmu pengetahuan dalam Islam masih bisa berkembang.

Tuduhan bahwa kritik al-Ghazzali adalah pemicu kemunduran umat Islam atau sains didunia Islam tidaklah berdasar. Kajian teliti terhadap buku-buku al-Ghazzali, tidak sedikitpun membuktikan tuduhan itu. Ia malah berfikir integratif:”Semua ilmu rasional adalah religious dan semua ilmu agama adalah rasional”. Buktinya sains dalam Islam, khususnya Astronomi tidak terpengaruh oleh Tahafut dan masih terus berjalan hingga abad ke 15. Empat abad setelah Tahafut al-Ghazzali terbit. Karya-karya dan pusat studi sains Ibn Shatir di Maragha masih berjalan. Lagi pula politik, ekonomi dan pendidikan umat Islam mundur bukan karena kritik al-Ghazzali.

Ternyata Ibn Rusyd bukan satu-satunya pemikir Muslim yang berpengaruh di Barat. Bahkan, menurut William Mc Neil, dalam Rise of Western Civilization, peran dan prestasi para filosof Muslim masih tergolong rendah dibanding para saintisnya. Jadi klaim bahwa Barat maju karena pemikiran Ibn Rusyd dan Muslim mundur karena mengikuti pemikiran al-Ghazzali adalah kesimpulan sembrono. Wallah A’lam.

Diambil dari http://insistnet.com/index.php?option=com_content&view=article&id=214%3Aaverroisme&catid=26%3Aibn-rusyd&Itemid=27

ANDAI AKU JADI GAYUS TAMBUNAN (Lagu dan Potret Penegakan Hukum)

ANDAI AKU JADI GAYUS TAMBUNAN
(Lagu dan Potret Penegakan Hukum)

Oleh: Edi Kurniawan*


Andai Aku Jadi Gayus Tambunan
By. Bona Paputungan


…….
Kita orang yang lemah
Tak punya daya apa-apa
Tak bisa berbuat banyak
Seperti para koruptor




Andai Ku Gayus Tambunan
Yang bisa bisa pergi ke Bali
Semua keinginannya
Pasti bisa terpenuhi


Lucunya di negeri ini
Hukuman bisa dibeli
Kita orang yang lemah
Pasrah akan keadaan
…….
Beberapa waktu lalu, Bona, dengan kreatifitasnya melihat realitas sosial politik negeri ini, ditambah lagi dengan pengalamannya di penjara, barangkali itulah yang mengilhaminya menciptakan lagu, “Andai Aku Jadi Gayus Tambunan”.

Gayus, belakangan ini, siapa yang tak tahu? Sekurang-kurangnya orang pasti pernah mendengar namanya atau melihat fotonya saat mengenakan wig yang konyol itu. Dia bukan tokoh roman percintaan yang populer. Dia tak punya kisah asmara yang mengharubirukan perasaan siapa saja. Dia adalah antagonis, seseorang yang menjadi tersangka kasus besar mafia hukum dan mafia perpajakan yang kebetulan melakukan tindakan-tindakan luar biasa yang menunjukkan betapa, seperti digambarkan dalam syair Bona, “Andai Aku Jadi Gayus Tambunan”.

Pasti tak semua orang mau tahu bagaimana sebenarnya kedua mafia itu membelit instansi pemerintah, penegak hukum, dan barangkali juga organisasi politik, sehingga transaksi untuk mengakali dan mengelak dari sanksi hukum bisa dilakukan. Tapi ada satu titik yang mempertemukan kepentingan siapa pun: mereka paham betapa praktek kotor penginjak-injakan hukum yang melibatkan birokrat, pengusaha, dan politikus serta ketidakadilan sedang berlangsung.

Lagu dan Kritik Sosial
Bila dicermati bait-bait lagi yang diciptakan Bona, di situ tampak ia menceritakan keadaan penegakan hukum negeri ini yang dapat diperjual belikan. Hukum hanya berlaku untuk orang yang lemah. Namun apalah dikata, orang lemah hanya bisa pasrah. 

Masih ingatkan dengan kasus nenek Imah yang mencuri semangka lantaran kelaparan satu beberapa tahun lalu, ia diringkus dengan cara yang tidak mengenakkan. Namun orang sekelas Gayus yang mencuri uang Negara yang bermilyar rupiah bisa berlaha-leha ke Bali, keluar negeri, dan segala keinginannya terpenuhi. Apalah dikata, uang berbicara. Aparat penegak hukum pun dapat dibeli. Matanya hijau tatkala disodorkan uang oleh Gayus. 

Bona bukanlah orang yang pertama mengkritik pemerintah melalui lagu. Sebelumnya ada beberapa musisi yang juga melakukan hal yang sama seperti Bona. Mogi Darusman, Harry Roesli, Iwan Fals, Slank, Gigi dan sederatan musisi-musisi lainnya.

Mogi Darusman dibrangus, muncul Harry Roesli. Pemusik asal Bandung ini melahirkan karya-karya sarat kritik sosial dan, bahkan bernuansa pemberontakan terhadap kekuasaan Orde Baru. Bersama DKSB (Depot Kreasi Seni bandung) dan Komite Mahasiswa Unpar, Harry Roesli mementaskan pemutaran perdana film dokumenter "Tragedi Trisakti" dan panggung seni dalam acara "Gelora Reformasi" di Universitas Parahyangan.

Saat pemerintahan BJ Habibie, salah satu karyanya yang dikemas 24 jam nonstop juga nyaris tidak bisa dipentaskan. Juga pada awal pemerintahan Megawati, dia sempat diperiksa Polda Metro Jaya gara-gara memelesetkan lagu wajib Garuda Pancasila.

Zaman berubah. Era reformasi menjadi euforia para seniman bebas membuat lagu bertema sosial. Kritik tak lagi membuat menyakitkan, karena para petingi dan koruptor di Indonesia sudah "mati rasa". Mestinya lagu "Rayap-rayap" sangat pas untuk kondisi sekarang di mana para pejabat yang korup relevan disebut babi-babi gemuk. Sehingga pada era tahun 90 an sampai 2000 an lagu-lagu dengan tema antikorupsi dari para musisi banyak dibuat. Mereka memiliki kepekaan cukup tinggi terhadap fenomena korupsi masih pun marak.

Bisa disebut "Surat Buat Wakil Rakyat" (Iwan Fals), "Seperti Para Koruptor" (Slank), "Pemimpin Budiman (GIGI), "Gosip Jalanan" (Slank), "Kwek Kwek Kwek" (Iwan Fals), "Merdekakah Kita" (Saykoji), "Jengah" (Pas Band), dan "Rubah" (Iwan Fals), serta "Sapuku Sapumu Sapu Sapu" (Iwan Fals).

Lantas musisi generasi muda seperti "Music Guyonan" (Dedy Suardi), "KA (Koruptor Anjink)" (ANTINK band), "Krisis Ekonomi vs Korupsi" (RCP), "Distorsi" (Ahmad Band), "John Esmod" (/rif), "I.C.U" (Tipe-X), "Nagih" (Slank), "Dekadensi" (Chrisye), "Sini Oke Sana Ko" (Seurieus), "Politik Uang" (Iwan Fals), "Birokrasi Kompleks" (Slank), dan "Indonesia" (Rhoma Irama), serta "Negeri Cintaku" (Keenan Nasution)
Itulah sederaten para musisi dengan bibir manisnya mengalunkan kritik-kritik terhadap kedaan sosial. Suara hati megalir memalui syair-syair ketika diri tidak bisa berbuat dan memperbaiki.

Potret Penegakan Hukum, Rerformasi Biokrasi, dan Menuju Negara Kebal Korupsi
Bila dicermati lebih jauh, sebenarnya kasus Gayus yang menghangatkan publik hanyalah beberapa kasus yang terungkap dari Negeri ini. Tentunya, masih banyak Gayus-Gayus yang lain yang belum terungkap. Gayus hanyalah pejabat rendahan di Departemen Pajak, tanpa bermaksud buruk sangka, jika pejabatn rendahnya seperti itu, apatah lagi dengan dengan pejabat esolan.

Masih banyak PR, yang bukan hanya PR aparat penegak hukum, tapi PR kita semua. Tapi yang menjadi permasalahan, hukum di negeri ini tidak akan bisa ditegakkan selagi para aparat (polisi dan jaksa) masih tumbang tindih dan matanya masih hijau ketika disodorkan uang. 

Karena itu, reformasi biokrasi dari hal-hal yang haram mutlak dilaksanakan. Bukan hanya Departemen Pajak, tapi di titik-titik tertentu seperti pengelolaan parkir, passport, Pengadilan, Kepolisian, dan biokrasi-biokrasi pemerintah lainnya masih terbuka lebar peluang untuk hal-hal administrasi haram. 

Ketika berbicara hukum, hukum tidak akan ada dan tidak akan dapat ditegakkan minimal harus ada tiga unsur. Pertama, musti ada pembuat hukum. Kedua, penjalan dan pengawal hukum. Dan ketiga, masyarakat harus taat hukum. Jika tiga unsur ini tidak terpenuhi, maka hukum tidak akan ada dan hukum tidak akan berjalan.

Korupsi atau apapun namanya, dapat menibulkan setidaknya enam bencana yaitu: Pertama, berkurangnya kepercayaan terhadap pemerintah. Kedua, berkurannya kewibawaan pemerintah dalam masyarakat. Ketiga, menyusutnya pendapatan Negara. Keempat, rapuhnya keamanan dan ketahanan Negara. Kelima, perusakan mental pribadi. Keenam, hukum tidak lagi dihormati.

Karenanya, sudah semestinyalah di negeri ini ada Undang-Undang yang dapat membuat efek jera untuk para tikus-tikus koruptor. Belajar kepada Latvia dan China yang berani melakukan rombakan besar untuk menumpas koruptor di negara mereka. 

Sebelum tahun 1998, Latvia adalah negara yang sangat korup. Untuk memberantas korupsi yang begitu parah, akhirnya negara tersebut menerapkan undang-undang lustrasi nasional, atau undang-undang pemotongan generasi. Melalui undang-undang ini, seluruh pejabat eselon II diberhentikan dan semua tokoh pejabat dan tokoh politik yang aktif sebelum tahun 1998 juga dilarang aktif kembali. Sekarang, negara ini menjadi negara yang benar-benar bersih dari korupsi.

Sementara Cina melakukan pemutihan seluruh koruptor yang telah melakukan korupsi sebelum tahun 1998. Semua pejabat yang korupsi dianggap bersih, tapi begitu ada korupsi sehari sesudah pemutihan, maka pejabat yang korupsi langsung dijatuhi hukuman mati. Hasilnya, China juga menjadi negara bersih dari tikus-tikus busuk. Bagaimana dengan Indonesia? Katanya penduduk muslim terbesar di dunia. 

Selian itu, aparat penegak hukum musti juga dibersihkan dari orang-orang yang hanya memperjual belikan hukum untuk kekenyangan perutnya sendiri. Kemudian, rakyat juga musti taat kepada hukum.

Tatkala tiga ini berjalan beriringan, insyaallah kedepannya hukum dapat ditegakkan tanpa pandang bulu. Bak adat Melayu Jambi mengato: Aek ning ikannyo jinak. Rumput Mudo kerbaunyo gemuk. Negeri aman padinyo menjadi. Aman kampung kareno dek yang tuo. Ramai kampong kareno dek yang mudo. Kak keruh samo-samo kito jernihkan. Kak kusut samo-samo rapikan. Itulah selako adat yang menggambarkan aman dan makmurnya suatu negeri dan penegakan hukum tanpa pandang bulu.

Jika tidak, negeri ini tetaplah menjadi negeri yang lucu layaknya yang dikatakan Bona:
Lucunya di negeri ini
Hukuman bisa dibeli
Kita orang yang lemah
Pasrah akan keadaan

*(Penulis adalah Ketua Umum Lembaga Dakwah Kampus IAIN STS Jambi)




06 January 2011

RENUNGAN HIDUP

Aku sering berfikir… untuk apa aku hidup?

Mulai dari sebuah sekolah yang menanamkan disiplin dan kehidupan bermasyarakat. Begitu banyak masa kecil yang tersita untuk belajar ….Akhirnya mendapat gelar ….Aku menambah antrian pencari kerjaLowongan… lowongan… lowongan…. YAP! Ini dia...Setelah beragam tes, masuk dalam daftar karyawanMerintis karir dan profesionalismeTenggelam dalam tumpukan kerjaMabuk, gila kerja, stresssss….Tapi karirku menanjak dan aku menuai banyak UANG!Waktu berlalu ...Ada target baru di sana...Bertemu belahan jiwaArungi bahtera menuju mawaddah wa rahmahMendapat amanah ...Ini dia, generasi penerus yang diidamkanAllaahu Akbar… kapan bisa tidur? (Jam dua belas malam niih…)Mendaki tangga hidup bermasyarakatMemanfaatkan waktu sebaik mungkin...Akulah BINTANG;dimanapun aku beradaDan aku benar-benar menjadi KAYA RAYA…..Tapi rasanya waktu terlalu singkat...… untuk memenangkan arena secara sempurnaUGH! Mereka mengatakan aku tidak berarti...Rasanya hampir gila…hancur….Tulalit…tulalit… tak seorangpun menemanikuAku sudah menjadi sampah.Waktu berjalan begitu lambat...Gelap… semua berkabutSeperti mengejar ketololanSemua menyingkirSemua menjadi musuh...Tinggal menunggu waktuKetika saat yang dijanjikan itu tibaDari semua renungan ini,aku mendapat IDE...Aku harus punya orientasi hidup, Aku hidup tidak hanya di dunia, di akherat lebih panjang lagi, 1000 tahun, sejuta tahun, semilyar tahun ah selamanya.Aku harus mendapatkan keduanya, sukses dunia dan sukses akheratMengabdikan diriku untuk Sang KholiqSekuat tenaga menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannyaMendoakan bapak dan ibukuMenyinari manusia di kegelapan hidupMemberikan manfaat kepada umatKarena aku yakin disana ada surga, kebahagiaanAku akan hidup dengan enjoyAku mencintai semua orangBanyak mendengar dengan tulusMemanfaatkan waktu sebaik mungkin dalam persahabatanMungkin juga banyak bertualangTIDAK…tentu saja aku tidak boleh terlena dengan musik jahiliyahRekreasi...Masak yang paling enak...Berteman dengan penuh kehangatan...Menambah porsi kasih sayangBerkirim dan menerima suratSelalu mencari win-win solutionSebenarnya aku agak gamang, tapi aku yakin aku bisa“Katakan apa saja, aku akan tetap mencintai anda semuaAku akan membersihkan dunia dari hasad dan najis-najis batinMenjadikan semua orang saling berbagiWaktu tak akan mampu menghentikanku...Bahkan sekalipun aku telah pergi...Ya Rabbi… dengan jiwa yang penuh noda kami kembali, hanya ampunan dan rahmat-Mu yang dapat menyelamatkan kami….

OPINI

KETIKA SPORTIFITAS HARUS DI KEDEPANKAN
Wajah Dunia Bola Serumpun Melayu
 Oleh: Edi Kurniawan*

Hingar bingar pertandingan antara Garuda Indonesia vs Harimau Malaya beberapa waktu lalu menjadi isu hangat sampai hari ini. Pesta akbar di lapangan hijau tersebut telah menghiasi wajah media, baik cetak maupun elektroni sehingga menjadi perbincangan hangat pada semua level, baik pejabat Negara maupun rakyat jelata. Betapa tidak, pertarungan yang memperjuangkan prestasi Negara dalam laga di lapangan hijau tersebut untuk merebutkan piala satu Suzuki AFF se-Asean. Tentunya kedua belah pihak sama-sama lebih giat, karena mereka membawa nama Negara masing-masing.

Kedua belah pihak telah mempertunjukkan taring dan kekuatan masing-masing. Namun, hal tesebut masih meninggalkan kesan dan sisa. Leg pertama telah usai di Stadiun Nasional Bukit Jalil Malaysia. Harimau Malaya unggul dengan skor 3-0 atas Garuda Indonesia meskipun pada pertandingan sebelumnya Harimau Malaysia telah dikalahkan dengan 5-1 oleh Garuda Indonesia. Dan tinggal masanya menunggu leg berikutnya sebagai penentuan di Gelora Bung Karno Jakarta pada 29 Desember 2010  mendatang.

Di balik kemenangan Harimau Malaya pada leg pertama tersebut, amat disayangkan para supporter Halimau Malaya meninggalkan kesan ketidakdewasaan dan ketidaksportifitas yang tentunya akan berdampak pada harga dan klaim negatif Bangsa mereka sendiri. Betapa tidak, pertarungan tersebut sempat dihentikan lantaran berjubun-jubun laser supporter Malaysia tertuju pada wajah Markus, pejaga gawang Garuda Indonesia. Begitu pula petasan-petasan yang seyogyanya tidak dibolehkan untuk dibawa masuk, namun pihak keamanan masih kecolongan atau boleh jadi ada deal-deal-an antara mereka. Tujuannya adalah mengganngu konsentrasi dan memecahkan mental para Pemain Garuda Indonesia. Namun amat disayangkan, caranya tidak menunjukkan kedewasaan. Sekiranya mereka membawa bendera, terompet, dan drum sambil meneriakkan yel-yel untuk memberikan motivasi kepada pemain mereka, tentunya ini tida masalah. Lapangan hijau manapun di dunia ini, tentunya hal ini tidak bisa diterima dan merupakan sebuah kesalahan.
Menang dan kalah dalam sebuah pertandingan memang merupakan dua sisi yang berbeda. Yang menang akan bersenag-senang, sementara yang kalah akan kecewa. Kemenangan Harimau Malaya tentunya bisa kita terima, jika mereka bermain secara sportif. Sadar atau tidak, ketidakkedewasaan para supporter Harimau Malaya tersebut akan bias kepada harkat dan martabat Bangsa Malaysia itu sendiri. Betapa tercorengnya wajah Malaysia dalam kancah dunia sepak bola. Betapa tidak dewasanya para supporter Harimau Malaya.
Terlepas dari adanya dendam pribadi antara kedua warga Negara tersebut, namun amat di sayangkan Malaysia tidak melihatkan wajah kedewasaan. Seyogyanya, yang konon katanya antara Indonesia dan Malaysia merupakan Negara serumpun melayu, namun Malaysia gagal memperlihatkan kemelayuannya, yang katanya orang melayu yang dikenal dengan kesantunannya dan kebaikan hatinya.

Menarik untuk dianalisis sikap supporter Garuda Indonesia pada pertandingan berikutnya di Glora Bung Karno, ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Pertama, karena supporter Garuda Indonesia telah dipancing dengan cara yang tidak sportif oleh supporter Harimau Malaya, boleh jadi para supporter Garuda Indonesia akan lebih parah lagi dari apa yang telah dipraktekkan oleh para supporter Harimau Malaya. Dan tentunya ini tidak kita inginkan.

Kedua, sebaliknya, yaitu para supporter dan para pemain Garuda Indonesia bisa lebih menunjukkan kedewasaan dan sportifitas mereka ketimbang supporter Harimau Malaya. Dan inilah yang kita inginkan. Sebab, “orang yang kuat bukanlah orang yang dapat mengalahkan musuhnya dalam gulat, melainkan orang yang kuat adalah mereka yang dapat meredamkan emosinya ketika marah”, itulah petunjuk Baginda Nabi SAW yang mulia. Relevansi dari petunjuk yang mulia ini adalah sportifitas dan kedewasaan dalam pertandingan antara kedua belah pihak nantinya. Alangkah mulianya, jika dalam sebuah kemenangan diiringi dengan nilai-nilai sportifitas dan kedewasaan. Dengan demikian, akan memberikan motivasi dan semangat kepada kedua belah pihak untuk lebih giat lagi dalam berlatih. Yang menang benar-benar yang lebih unggul, dan yang kalah bukannya kekecewaan, melainkan sikap bisa menerima secara terbuka.
Oleh karena itu, untuk mencapai sportifitas pada pertandingan berikutnya, setidaknya ada tiga yang harus dilakukan sebagai berikut:

  • Pemerintah kedua belah pihak harus memberikan arahan kepada pihaknya masing-masing. Tujuannya tidak lain agar hubungan kedau belah Negara dapat berjalan lebih harmonis. Di mana seyogyanya dalam pertandingan ini dapat menggalang persabatan, bukan permusuhan.
  • Pemerintah kedua belah pihak, dalam hal ini para aparat yang terkait harus memeriksa lebih ketat lagi, terutama para supporter masing-masing. Alat-alat seperti senjata tajam, laser, kembang api, dan merecon, tentunya ini dapat mengganggu konsentrasi para pemain. Dan jangan diberikan peluang untuk bisa masuk.
  • Para supporter dan para pemain kedua belah pihak musti bisa lebih bersikap dewasa lagi. Silahkan saja mengaumkan yel-yel masing, tapi bukan mengejek dan mengolok-olok antara kedau belah pihak. Melainkan memberi semangat kepada para pemain masing-masing.
Harapan penulis, dan mudah-mudah harapa kita semua, pertandingan berikutnya, baik Malaysia maupun Indonesia, kita bisa sama-sama menampakkan identitas kemelayuan kita. Yang konon katanya, orang melayu dikenal dengan kesantunan dan kebaikannya hatinya.  Karena pada hakikatnya, pertandingan semacam sepek bola seperti ini, tujuan utama selain merebutkan kemengan yang tentunya secara sehat, tentu juga di sana dapat merajut ukhuwah. Mudah-mudahan apapun hasilnya, menang atau kalah, kita sama-sama bisa menerima. Bagi yang menang, harus kita akui bahwa mereka lebih hebat dari kita dan tentunya bagi pihak yang kalah harus berlatih lebih giat lagi. Dengan demikian, dunia sepak bola kita kedepannya bisa lebih maju lagi.

Terkahir, barangkali ada benarnya, dunia sepak bola Eropa jauh lebih maju dan hebat dari dunia sepak bola kita, karena mereka begitu menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas. Jarang ditemukan dalam sebuah pertandingan di mana di dalamnya ditemukan perkelahian. Sementara kita, seakan-akan hal tersebut menjadi santapan dan kebiasaan.

(Tulisan ini diambil di muat di Jambi Ekspress pada 28 Desember  2010: Dalam : http://www.jambiekspres.co.id/index.php/opini/17498-ketika-sportivitas-harus-dikedepankan.html)

PUISI

CITA-CITA
Oleh:
Edi Kurniawan
 
Aku termenung dalam mimpi
Mendaki gunung tak berkesudahan
Untuk apa aku mencaci
Jiwa dan ragaku terikuti

Menerawang dunia masa depan
Lautan ilmu tak berkesudahan
Azzampun telah terhujam
Tinggal menunggu kehendak Tuhan

Iktiar dan do'a telah berjalan
Masa menunggu keajaiban


Jambi, 03 Januari 2010

Sulit Hidup Tanpa Angka

PEKAN ini orang meramaikan tahun baru Masehi. Padahal sesungguhnya setiap agama dan bangsa besar memiliki kalender masing-masing. Jadi, setiap tahunnya cukup banyak masyarakat dunia merayakan tahun baru.
Untuk apa kalender diciptakan? Seberapa besar pengaruh kalender terhadap kehidupan manusia? Ibarat orang naik taksi, hitungan bulan dan tahun mirip jumlah angka yang muncul dalam argometer, menjelaskan sudah berapa jauh perjalanan kita. Disadari atau tidak, aktivitas kita sangat terikat dan dibatasi angka-angka. Setiap hari kita menggunakan ukuran angka dalam melakukan aktivitas. Dalam ibadah salat pun kita mesti mengingat jumlah rakaat. Dalam berzakat ada istilah nisab, batas minimal kekayaan yang mesti dizakati. Dalam membayar pajak juga ada rumusan besaran angka. Ketika terjadi pertandingan sepak bola antara timnas Indonesia dan Malaysia, keputusan akhir juga dirumuskan dalam skor angka.

Demikianlah, ketika hendak membeli pakaian, entah sepatu, baju atau celana, kita juga bertemu indikator angka yang menjelaskan ukuran tubuh. Bahkan setiap hari kita selalu terikat dengan jam dan kalender ketika hendak memutuskan sebuah kegiatan. Jam tangan dan kalender yang semula diciptakan untuk penanda waktu, bagi beberapa orang, malah dirasakan mengikat sampai biasa kita dengar ungkapan: wah, kita dikejar-kejar waktu. Betapa vitalnya mengenal angka dalam kehidupan, orang tua mulai mengenalkan hitungan kepada anak-anaknya sejak kecil. Pada dasarnya angka itu ada di dalam pikiran. Namun aplikasinya sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Ketika mau berbelanja pasti berurusan dengan jumlah uang dan barang yang dibeli.

Di situ kita terlibat aplikasi angka. Mau mempersiapkan makan menjamu tamu-tamu, selalu muncul pertanyaan, berapa orang yang hendak dijamu? Ketika memulai membuka rapat, muncul lagi pertanyaan, sampai jam berapa rapat ini berlangsung? Demikianlah seterusnya, tanpa disadari setiap saat kita berpikir dengan angka dan kemudian mengaplikasikannya dalam kegiatan nyata. Bahkan kita semua juga selalu berpikir dan mencatat tebal-tebal, kapan hari ulang tahun kita. Yang berarti kita juga berpikir tentang jatah umur yang telah dipakai. Pekan ini suasana batin kita diisi dengan agenda peringatan tahun baru Masehi 2011. Sesungguhnya setiap bangsa dan agama besar juga memiliki hitungan tahun dengan sejarah dan makna yang berbeda-beda. Lagi-lagi kita berjumpa dengan hitung-hitungan yang melibatkan angka.

Mengapa tahun Masehi lebih populer ketimbang yang lain? Pertama, kalender Masehi disebarkan oleh bangsa Eropa yang kebetulan dari segi sains, politik, dan ekonomi sangat ekspansif. Bahkan di antaranya pernah disebut sebagai penjajah. Penyebaran ini sudah tentu membawa dampak besar bagi popularitas kalender Masehi. Kemajuan teknologi informasi, terutama internet, yang didominasi bahasa Inggris dan penggunaan huruf Latin juga ikut andil memperkokoh dominasi kalender Masehi di seluruh dunia. Bangsa China memang punya kalender sendiri. Namun,meski jumlah penduduknya di atas 1 miliar, peringatan tahun baru China hanya dirayakan oleh warga keturunan China.

Begitu pun tahun baru Hijriah yang hanya digunakan oleh kalangan umat Islam. Ini berbeda dari penggunaan kalender Masehi yang penggunaannya lintas agama, etnis, dan benua. Oleh karena itu, setiap datang tahun baru Masehi, hampir seluruh dunia ikut merayakan tanpa mesti dikaitkan dengan tradisi kekristenan. Bahkan umat Islam di Indonesia ramai-ramai merayakan dengan berbagai cara. Paling tidak mereka berlibur atau kumpul-kumpul dengan keluarga. Bagi anak belasan tahun tentu sangat berbeda dalam memaknai pergantian tahun dibandingkan mereka yang umurnya sudah di atas enam puluh.

Bagi orang tua, setiap pergantian tahun selalu menyadarkan bahwa ibarat hari sebentar lagi matahari kehidupan tenggelam di ufuk barat. Betapa cepatnya umur berlari, tetapi selalu saja kita terlambat untuk tumbuh dewasa dan bijaksana. Waktu yang kemudian dibagibagi ke dalam jam, hari, minggu, bulan, dan tahun adalah modal, anugerah, dan amanah Tuhan agar dengannya kita mengisi kehidupan secara produktif dan bermakna. Tapi kita selalu saja lupa, modal terbuang, hasil nihil, bahkan kadang bangkrut. Tak ada yang dihasilkan dengan umur kita kecuali menumpuk kesalahan, dosa, dan kerusakan di muka bumi. Waktu begitu cepat berlalu.

Kalender rasanya baru kemarin dipasang, sekarang sudah ganti yang baru. Kesadaran terhadap waktu itu sangat penting bagi siapa pun yang selalu ingin memperoleh kemajuan dan keberuntungan hidup.

(diambil dari catatan Komaruddin Hidayat dalam http://www.uinjkt.ac.id/index.php/category-table/1770-sulit-hidup-tanpa-angka.html)

Gallery Al-Uswah

Gallery Al-Uswah

  © Free Blogger Templates 'Greenery' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP